Selasa, 20 Desember 2016

Proposal Skripsi Metodelogi Penelitian

MEDIA PEMBELAJARAN RODA KEBERUNTUNGAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN  BAGI ANAK TUNAGRAHITA RINGAN  KELAS III di SLBN GEDANGAN SIDOARJO

SKRIPSI 




 


Oleh
SAFITRI EMMA ROSALINA
NIM 14010044029










UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA
2016


PERSETUJUAN
Skripsi oleh                   : Safitri Emma Rosalina
NIM                                : 14010044029
Judul                               : Media pembelajaran roda keberuntungan untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan  bagi anak tunagrahita ringan kelas III di SLBN gedangan sidoarjo ini  telah  disetujui  dan dinyatakan memenuhi syarat untuk diajukan dalam ujian skripsi.







Surabaya, 17 Desember 2016
Pembimbing,





(Dr. Yuliyati, M.Pd)
NIP. 195707121983032013















BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
           Anak tunagrahita adalah anak yang memiliki IQ dibawah rata-rata normal anak sebayanya , dimana usia mental anak berbeda dengan usia sebenarnya. Dengan memiliki IQ yang rendah anak tunagrahita menyebabkan anak tunagrahita memiliki adaptasi yang kurang. Pernyataan tersebut senada dengan pendapat Moh. Amin (1995 11), mengemukakan bahwa :
Anak  tunagrahita  adalah mereka  yang kecerdasannya  jelas berada di bawah  rata  rata.  Disamping  itu  mereka  mengalami  keterbelakangan dalam  menyesuaikan  diri  dengan  lingkungan.  mereka  kurang  cakap dalam memikirkan hal – hal yang abstrak, yang sulit – sulit dan yang berbelit – belit.  Mereka kurang   atau terbelakang atau tidak berhasil bukan untuk sehari dua hari atau sebulan dua bulan, tetapi untuk selama – lamanya, dan bukan hanya dalam satu dua bulan, tetapi untuk selama – lamanya, bukan hanya dalam satu dua hal tetapi hampir segala – galanya,  lebih – lebih dalam pelajaran seperti : mengarang, menyimpulkan isi bacaan, menggunakan symbol – symbol, berhitung dan dalam semua pelajaran yang bersifat teoritis. Dan juga mereka kurang atau terhambat dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan.
           Kemampuan yang dimiliki oleh anak tunagrahita dapat menyebabkan anak tunagrahita mengalami kesulitan dalam menerima pelajaran khususnya dalam bidang literasi. Dimana anak juga kesulitan dalam berfikir secara abstrak, sehingga kemampuan yang dimiliki oleh anak tunagrahita dalam literasi adalah rendah.
Salah satu bentuk dari kegiatan literasi adalah membaca permulaan , literasi digunakan sebagai pondasi penentu keberhasilan kegiatan belajar siswa. Menurut Ritawati (1996:43) membaca permulaan merupakan membaca awal yang diberikan kepada anak di kelas I (satu) sebagai dasar untuk pelajaran selanjutnya. Seiring dengan itu Sahari (1994:11) mengemukakan membaca adalah kegiatan dalam menerapkan dalam kemampuan berbahasa (linguistik) dengan melibatkan faktor biologis dan psikis yang di pengaruhi oleh lingkungan denagn huruf, suku kata, kata dan kalimat sebagai objek bacaan sebagai tingkatan awal dalam belajar membaca pembelajaran membaca di kelas I (satu) merupakan pelajaran membaca tahap awal. Kemampuan membaca yang di peroleh anak di kelas I (satu) tersebut akan menjadi dasar pembelajaran membaca kelas-kelas berikutnya. Supriyadi (1993) mengemukakan bahwa “ kemampuan membaca yang di peroleh pada membaca permulaan akan sangat berpengaruh terhadap kemampuan membaca lanjut”.
             Mengajarkan keterampilan membaca permulaan untuk anak tunagrahita harus menggunakan media dan strategi belajar yang menarik agar anak tunagrahita tertarik untuk membaca sebuah kalimat . Salah satu media yang dapat mengajarkan anak tunagrahita membaca permulaan di depan kelas adalah media roda keberuntungan.
           Roda keberuntungan merupakan suatu media yang berbentuk lingkaran yang terbagi menjadi beberapa sektor. Dimana sektor-sektor tersebut nantinya akan terdapat 10 nama-nama buah dan di dalam nama-nama buah tersebut terdapat suatu kartu membaca mengenai definisi buah itu sendiri. Media roda keberuntungan ini dapat menumbuhkan minat anak tunagrahita dalam membaca permulaan selain itu pada gilirannya akan membawa pengaruh yang positif pada hasil belajar anak tunagrahita dalam membaca permulaan.
Oleh sebab itu , peneliti tertarik melakukan penelitian tindakan sebagai upaya dalam melakukan perbaikan terhadap hasil pembelajaran dengan judul “Media Pembelajaran Roda Keberuntungan Untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan  Bagi Anak Tunagrahita Ringan Kelas III Di SLBN Gedangan Sidoarjo”

B.     Rumusan Masalah
  Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana Penerapan Media Pembelajaran Roda Keberuntungan Untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan  Bagi Anak Tunagrahita Ringan Kelas III Di SLBN Gedangan Sidoarjo

C.     Tujuan Penelitian
             Berdasarkan rumusan masalah diatas, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peningkatan hasil belajar membaca permulaan melalui media roda keberuntungan siswa tunagrahita ringan kelas III di SLBN Gedangan Sidoarjo.

D.     Manfaat Penelitian
Hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan memberikan manfaat yang berarti bagi :
a.     Guru
1.     Membantu guru dalam mengimplementasi pembelajaran literasi yaitu membaca sesuai dengan kurikulum
2.     Sebagai bahan rujukan bagi guru dalam meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran literasi.
b.     Siswa
1.     Untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada membaca
2.     Melatih peserta didik untuk membaca suatu kalimat
c.      Sekolah
1.     Dapat meningkatkan kualitas pembelajaran lierasi terutama membaca
2.     Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan prestasi sekolah yang dapat dilihat dari peningkatan hasil belajar siswa
E.      Ruang Lingkup
Sesuai dengan judul yang penulis angkat, dan untuk menjaga kemungkinan adanya kekaburan pemahaman terhadap judul ini, maka perlu kiranya penulis kemukakan ruang lingkup penelitian ini dimaksudkan untuk membatasi permasalahan yang diteliti sehingga penelitian yang dilakukan tidak akan menyimpang dari tujuan , ruang lingkup penelitian ini.
Penelitian ini berjudul “Media Pembelajaran Roda Keberuntungan Untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Bagi Anak Tunagrahita Ringan Kelas III Di SLBN Gedangan Sidoarjo”. Ada 2 variabel dalam judul tersebut yaitu media pembelajaran roda keberuntungan sebagai variabel bebas dan kemampuan membaca permulaan sebagai variabel terikat.

F.      Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan penelitian ini adalah hal-hal yang membatasi masalah yang berhubungan dengan penelitian, untuk lebih jelasnya mengenai keterbatasan dalam penelitian ini akan penulis rinci sebagai berikut :
a)       Penelitian ini dilakukan pada tahun pelajaran 2016-2017 dengan demikian data yang diperoleh juga merupakan cerminan keadaan pada saat penelitian dilakukan. Jika dilaksanakan pada waktu yang lain dimana kondisi sudah berubah, kemungkinan juga berubah pula hasilnya.
b)      Materi yang diajarkan adalah membaca permulaan dalam sebuah kalimat mengenai deskripsi suatu buah
c)       Siswa yang diajarkan adalah anak tunagrahita ringan
d)      Media pembelajaran yang digunakan oleh guru adalah media roda keberuntungan

G.    Definisi Operasional
Istilah operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.     Media Pembelajaran, Menurut Briggs (1977) media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti : buku, film, video dan sebagainya.
2.     Roda keberuntungan , menurut Paul Ginnes roda keberuntungan adalah sebuah Model pembelajaran yang menggunakan roda putar yang berisikan soal- soal dengan membagi siswa kedalam beberapa kelompok yang membentuk lingkaran.
3.     Meningkatkan , Menurut Dendikbud meningkatkan adalah suatu proses dalam menaikkan nilai kearah yang lebih tinggi atau lebih baik.
4.     Kemampuan, Menurut wikipedia kemampuan adalah  kapasitas seorang individu untuk melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan.

































BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.     KAJIAN TEORITIS
1.     Tinjauan tentang anak tunagrahita
a.     Pengertian anak tunagrahita
Anak tunagrahita adalah anak yang digolongkan yang mempunyai kemampuan intelektual yang dibawah rat-rata. Akibat anak mengalami kemampuan intelektual yang di bawah rat-rata, anak tunagrahita mengalami kemampuan adaptasi dan bina diri yang rendah. Untuk lebih jelasnya penulis kemukakan pendapat sebagai berikut :
Munzayanah ( 2000 : 13 ) menyatakan bahwa, “Anak tunagrahita sebagai anak yang mengalami gangguan atau hambatan dalam perkembangan daya fikir serta seluruh kepribadian, sehingga ia tidak mampu hidup dengan kekuatannya sendiri dalam masyarakat meskipun dengan cara sederhana”.
Sedangkan  Moh.  Amin  (1995  :  34)  menyatakan  bahwa,  “Anak tunagrahita adalah anak yang mengalami hambatan dalam fungsi kecerdasan, sosial,  emosi,  kepribadian,  dan  fungsi  lain  sehingga  anak  tidak  dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya”.
Menurut  Usa  Sutisna  (1984  :  54)  menyatakan  bahwa  “ anak
tunagrahita adalah anak yang mempunyai intelegensi setingkat lebih rendah  17 dibandingkan dengan anak lamban belajar, IQ berkisar antara 50/55 – 70/75 yang masih mampu mengikuti pendidikan sekolah khusus.”
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa anak tunagrahita ringan adalah anak yang mempunyai intelektual di bawah rata-rata normal anak sebayanya. Dimana IQ anak tunagrahita ringan adalah 50/55-70/75 yang setingkat lebih rendah dibandingkan dengan anak slowlerner. Anak tunagrahita ringan memiliki kemampuan berfikir yang rendah, akan tetapi potensi dalam literasinya yaitu membaca , berhitung  masih dapat dikembangkan. Dalam hal bersosialisasi anak tunagrahita masih mampu dalam bersosialisasi dengan lingkungannya.
b.     Penyebab anak tunagrahita
Ketunagrahitaan dapat terjadi karena beberapa penyebab, diantaranya yaitu  menurut  Triman  Prasadjo  (1976  :  14­16)  menyebutkan  bahwa  penyebab tunagrahita digolongkan menjadi dua kelompok yaitu :
1)    Kelompok Biomedik yaitu meliputi :
a) Prenatal, dapat terjadi karena
(1) Infeksi pada ibu pada waktu mengandung
(2) Gangguan metabolisme
(3) Iradiasi sewaktu umur kehamilan antara 2­6 minggu
(4) Kehamilan kromosom
(5) Malnutrisi
b) Natal, antara lain berupa
(1) Anaksia
(2) Asphysia
(3) Prematuritas dan postmasturitas
(4) Kerusakan otak
c) Pos natal, dapat terjadi karena
(1) Malnutisi
(2) Infeksi : meningitis dan encephalis
(3) Trauma
2) Kelompok Sosio Cultural : psikologi
Kelompok etilogi ini dipengaruhi oleh proses psikosoial dalam keluarga dalam hal ini ada tiga macam teori yaitu :
              a) Teori Stimulasi
Pada umumnya penderita retardasi mental yang tergolong disebabkan  kekurangan rangsang atau kesempatan dari keluarga.
               b) Teori gangguan
Kegagalan keluarga  dalam memberikan proteksi yang cukup terhadap  stres pada masa kanak –kanak, sehingga mengakibatkan gagguan pada proses mental
c) Teori keturunan
Teori ini mengemukakan bahwa hubungan antara  orang tua dan anak  sangat  lemah  akan  mengalami  disorganisasi,  sehingga  apabila  anak mengalami stres akan bereaksi dengan cara yang bermacam – macam untuk  dapat   menyesuaikan  diri  atau  dengan  kata  lain  “ Security System ”sangat lemah di dalam keluarga .
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan para ahli di atas , dapat disimpulkan bahwa banyak faktor yang dapat menyebabkan tunagrahita , baik melalui faktor keturunan , makanan , minuman ataupun lingkungan. Dari faktor-faktor tersebut dapat menyebabkan anak tunagrahita pada saat prenatal , natal maupun pasca natal.
c.      Klasifikasi anak tunagrahita
Munzayanah  (  2000  :  20)  mengklasifikasikan  anak  tunagrahita
menjadi 6 macam sebagai berikut :
1. Klasifikasi menurut derajat kecacatannya terbagi menjadi :
a) Idiot (IQ 0 – 25)
b) Imbesil (IQ 25 – 50)
c) Debil (IQ 50 – 70)
2) Klasifikasi menurut etiologi antara lain :
a) Anak  tunagrahita karena keturunan
b) Anak  tunagrahia karena gangguan fisik
c) Anak  tunagrahia  karena kerusakan otak
3) Klasifikasi menurut tujuan pendidikannya :
a) Anak perlu dirawat
b) Anak mampu latih
c) Anak mampu didik
4) Klasifikasi menurut tipe klinis :
a) Mongol (mongolisme, mongoloid)
b) Microcephalis
c) Cretinisme (kretin, kerdil, cebol)
d) Hidrocephalis
e) Ceberal palsy
5) Klasifikasi dari ”The American Psychiatric Association” adalah :
a) mild deficiency
b) moderate deficiency
c) severe deficiency
6) Klasifikasi menurut American Association on Mental Deficiency
    (AAMD) atas dasar tinjauan medik, meliputi :
a) Penyakit karena infeksi
b) Penyakit karena introksitasi
c) Penyakit akibat trauma
d) Penyakit ketergantungan metabolisme, pertumbuhan
e) Penyakit akibat pengaruh hormon
Anak tunagrahita terbagi menjadi beberapa klasifikasi , dimana anak tunagrahita dibagai menjadi tunagrahita ringan, sedang dan berat. Dimana dalam pendidikannya , anak tunagrahita juga di klasifikasikan kelasnya  yaitu C (tunagrahita ringan), C1 (tunagrahita sedang) dan C2 (tunagrahita berat).
d.     Karakteristik anak tunagrahita
Moh  Amin  (1995  :  37)  menyebutkan  bahwa  karakteristik  anak
tunagrahita menurut tingkat ketunagrahitaannya adalah sebagai berikut :
1.  Karakteristik anak tunagrahita ringan
Anak tunagrahita ringan banyak yang lancar berbicara tetapi kurang perbendaharaan  kata­katanya,  mengalami  kesukaran  berfikir abstrak tetapi masih mampu mengikuti kegiatan akademik dalam batas­batas  tertentu.  Pada  umur  16  tahun  baru  mencapai  umur kecerdasan yang sama dengan anak umur 12 tahun.
2.  Karakteristik anak tunagrahita sedang
Anak  tunagrahita  sedang  hampir  bisa  mempelajari  pelajaran­
pelajaran akademik. Mereka umumnya dilatih untuk merawat diri dan aktivitas sehari­hari. Pada umur dewasa mereka baru umur 7 tahun.
3.  Karakteristik anak tunagrahita berat
Anak tunagrahita berat dan sangat berat sepanjang hidupnya selalu bergantung pada pertolongan dan bantuan orang lain. Mereka tidak dapat memelihara diri, tidak dapat membedakan bahaya atau tidak, kurang  dapat  bercakap­cakap.  Kecerdasannya  hanya  dapat berkembang paling tinggi seperti anak normal berusia 3 atau 4 tahun.
Sedangkan karakteristik anak tunagrahita yang dikemukakan oleh
Munzayanah (2000 : 22) adalah sebagai berikut :     
                                             1.     Anak Idiot
a)       Mereka tidak dapat bercakap­cakap karena kemampuan berfikir rendah
b)       Tidak  mampu  mengerjakan  atau  mengurus  dirinya  sendiri meskipum diberi latihan
c)        Hidupnya  seperti  bayi  yang  selalu  membutuhkan
perawatan dan pertolongan
d)        Kadang­kadang tingkah lakunya dikuasai oleh gerakan
yang berlangsung di luar kesadarannya , jadi bersifat otomatis.
e)        Jarang mencapai umur panjang karena adanya proses kemunduran organ­organ di dalam tubuhnya (deteriorisasi)
                                             2.     Anak Imbisil
(a) Dapat menggunakan kata­kata yang sederhana
(b) Dapat dilatih untuk merawat diri sendiri
(c) Dapat dilatih untuk aktivitas hidup sehari­hari
(d) Masih membutuhkan pengawasan orang lain
(e) Sulit mengadakan sosialisasi
                                             3.     Anak debil atau moron
(a)  Dapat dilatih untuk bermacam­macam tugas yang lebih  tinggi atau komplek.
(b) Dapat  dilatih  dalam  bidang  sosial  atau  intelektual dalam batas­batas tertentu, misalnya membaca, menulis, dan menghitung.
(c)  Dapat dilatih untuk pekerjaan­pekerjaam rutin maupun ketrampilan.
                                             4.     Anak mongolism atau mongoloid
a)     Letak  matanya  miring  dan  bisanya  jarak  antara  dua  mata lebih jauh dibandingkan dengan anak normal, serta mata sipit.
b)    Muka datar, bundar, dan lebar.
c)     Bibir tebal dan lebar.
d)    Lidah  panjang  dan  lebar  sampai  biasanya  menjulur keluar.
e)     Hidung pesek dan pangkal hidung melebar.
f)      Tengkorak dari muka sampai dengan belakang kepala pendek.
g)     Leher belakang pendek.
h)    Tangan,  kelima  jari  pendek  dan  membengkak  jari pertama (ibu jari) tertanam lebih rendah dan ada juga garis lurus di telapak tangan di bawah jari kedua sampai kelima.
Dari beberapa pendapat tersebut , dapat disimpulkan bahwa anak tunagrahita mempunyai karakteristik :
1.     Kondisi fisik : bentuk kepala , hidung, mata dan bentuk tubuh anak tunagrahita tidak jauh dari anak normal lainnya. Akan tetapi jika anak mengalami down syndrom kondisi fisiknya menyerupai anak mongoloid
2.     Kondisi psikis : anak tunagrahita mempunyai IQ dibawah rat-rata normal anak sebayanya sehingga dapat menyebabkan kesulitan memahami sesuatu hal , memiliki kemampuan bina diri yang rendah, pelupa , sulit berkonsentrasi, dan sifat anak tunagrahita masih kekanak-kanakan.
3.     Kondisi sosial : dengan IQ yang dibawah rat-rata maka anak tungrahita memiliki kemampuan adaptasi yang rendah.
Melihat mengenai karakteristik yang dimiliki oleh anak tunagrahita dapat menyebabkan anak kesulitan untuk meningkatkan kemampuan membaca dalam literasi dikarenakan kurangnya konsentrasi anak tunagrahita dalam menerima suatu materi selain itu anak tunagrahita tidak mudah mengingat ingatan jangka pendek maupun panjang. Sehingga saat pembelajaran , anak tunagrahita membutuhkan suatu media pembelajaran guna dapat menarik perhatian anak untuk meningkatkan kemampuan membaca. Salah satu media pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan anak tunagrahita adalah roda keberuntungan
2.     Pengajaran Membaca Permulaan
a.     Pengertian Membaca Permulaan
Menurut Ritawati (1996:43) membaca permulaan merupakan membaca awal yang diberikan kepada anak di kelas I (satu) sebagai dasar untuk pelajaran selanjutnya. Seiring dengan itu Sahari (1994:11) mengemukakan membaca adalah kegiatan dalam menerapkan dalam kemampuan berbahasa (linguistik) dengan melibatkan faktor biologis dan psikis yang di pengaruhi oleh lingkungan denagn huruf, suku kata, kata dan kalimat sebagai objek bacaan sebagai tingkatan awal dalam belajar membaca pembelajaran membaca di kelas I (satu) merupakan pelajaran membaca tahap awal. Kemampuan membaca yang di peroleh anak di kelas I (satu) tersebut akan menjadi dasar pembelajaran membaca kelas-kelas berikutnya. Supriyadi (1993) mengemukakan bahwa “ kemampuan membaca yang di peroleh pada membaca permulaan akan sangat berpengaruh terhadap kemampuan membaca lanjut”. Pada umumnya , membaca permulaan dipergunakan untuk anak normal kelas 1 SD akan tetapi di sini anak tunagrahita memiliki IQ yang dibawah rata-rata normal anak sebayanya maka anak tunagrahita saat kelas III SD pun masih mebutuhkan membaca permulaan. Dimana membaca permulaan adalah tahapan proses belajar membaca bagi siswa sekolah dasar kelas awal. Siswa belajar untuk memperoleh kemampuan dan menguasai teknik-teknik membaca dan menangkap isi bacaan dengan baik.
b.     Tujuan Pembelajaran Membaca Permulaan
Menurut Ritawati (1996:43) tujuan pengajaran membaca permulaan adalah “agar siswa dapat membaca kata-kata dan kalimat sederhana dengan lancar dan tepat. Pengajaran membaca permulaan disesuaikan dengan kemampuan dan perkembangan kejiwaan peserta didik.
c.      Alasan perlunya siswa belajar membaca
Membaca sangat penting dalam kehidupan sehari hari dimana :
·     Membaca membangun pondasi yang kuat untuk dapat mempelajari dan memahami berbagai disiplin ilmu sekaligus mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
·     Senang membaca meningkatkan kecerdasan verbal dan lingusitik karena membaca memperkaya kosa kata dan kekuatan kata-kata.
·     Membaca mencegah rabun mata, karena membaca melatih dan mengaktifkan otot-otot mata.
·     Membaca mencegah kepikunan karena melibatkan tingkat konsentrasi lebih besar,mengaktifkan, dan menyegarkan pikiran.
·     Kegemaran membaca membantu meningkatkan kecerdasan, serta meningkatkan daya kreativitas dan imajinasi.
·     Membaca membantu memperbaiki rasa percaya diri, mengembangkan kemampuan memanajemen emosi, dan meningkatkan kemampuan melakukan interaksi sosial positif di mana pun dan kapan pun.
·     Membaca membentuk karakter dan kepribadian, sampai-sampai ada pepatah yang mengatakan, “Apa yang kita baca sekarang, seperti itulah kita 20 tahun yang akan datang”.
·     Membaca menjadikan kita lebih dewasa, lebih arif dan bijaksana dalam menjalani kehidupan.
Dari pendapat tersebut , dapat diketahui bahwa membaca sangatlah penting dalam kehidupan sehari-hari . Misalkan membaca petunjuk arah , membaca pesan dari orang lain , dll. Semua itu beberapa contoh yang dapat membuktikan membaca mengelilingi kehidupan kita. Maka dari itu , sangat penting untuk mempelajari membaca agar anak dapat mengatasi permasalahan-permasalahan di lingkungan.
3.     Media Pembelajaran
a.     Pengertian Media pembelajaran
Media  adalah  alat  yang  menyampaikan  atau  mengantarkan
pesan-pesan pengajaran (Azhar Arsyad, 2010: 3).
Pengertian  media  pembelajaran  adalah  paduan  antara  bahan  dan  alat atau perpaduan antara software dan hardware (Sadiman, dkk, 1996: 5)
Dari pendapat tersebut dapat diketahui bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran) sehingga dapat merangsang perhatian , minat , pikiran dan perasaan siswa dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan belajar.
b.     Fungsi Media Pembelajaran
Hamalik  (1986)  yang  dikutip   Azhar  Arsyad  (2010:  15), mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar  dapat  membangkitkan  keinginan  dan  minat  yang  baru, membangkitkan  motivasi  dan  rangsangan  kegiatan  belajar,  dan  membawa pengaruh-pengaruh  psikologis  terhadap  siswa.  Penggunaan  media pembelajaran  pada  orientasi  pembelajaran  akan  sangat  membantu  keaktifan proses pembelajaran dan menyampaian pesan dan isi pelajaran pada saat itu. Selain  membangkitkan  motivasi  dan  minat  siswa,  media  pembelajaran  juga dapat  membantu  siswa  meningkatkan  pemahaman,  menyajikan  data  dengan menarik dan terpercaya.
Secara keseluruhan media pembelajaran dapat menunjang tercapainya suatu tujuan pembelajaran , dimana media pembelajaran ini dapat membangkitkan motivasi siswa untuk belajarserta membantu siswa lebih memahami mengenai materi tersebut.
4.     Roda Keberuntungan
a.     Pengertian
Roda keberuntungan merupakan suatu media yang berbentuk lingkaran yang terbagi menjadi beberapa sektor. Dimana sektor-sektor tersebut nantinya akan terdapat 10 nama-nama buah dan di dalam nama-nama buah tersebut terdapat suatu kartu membaca mengenai definisi buah itu sendiri. Media roda keberuntungan ini dapat menumbuhkan minat anak tunagrahita dalam membaca permulaan selain itu pada gilirannya akan membawa pengaruh yang positif pada hasil belajar anak tunagrahita dalam membaca permulaan.
b.     Langkah-langkah menggunakan media roda keberuntungan
Adapun langkah-langkah dalam mengguanakan media roda keberuntungan dalam membaca permulaan adalah :
1.     Guru menyiapkan bahan-bahan dan alat untuk digunakan
2.     Guru menyuruh tiap siswa maju ke depan kelas untuk membagi kelompok , dimana setiap kelompok terdiri dari 2 orang.
3.     Guru menyuruh siswa mengambil satu kartu diantara beberapa kartu
4.     Kartu tersebut bertujuan untuk mengetahui kelompok dan urutan peserta didik maju , jadi apabila peserta didik mendapatkan kartu dengan nomer 1 maka ia akan berkelompok dengan siswa yang mendapatkan kartu angka nomer 1 dan memiliki urutan pertama saat memainkan roda keberuntungan.
5.     Terdapat 2 siswa yang maju di depan kelas , 1 siswa bertugas untuk membaca dan 1 siswa lagi menempelkan kata terakhir yang dibacakan oleh temannya di depan kelas.
6.     Siswa maju yang di depan kelas memutar roda keberuntungan tersebut , dan menyebutkan nama buah pada panah yang berhenti
7.     Misalkan siswa mendapatkan nama buah jeruk , siswa mengambil kartu baca mengenai definisi jeruk
8.     Siswa membaca definisi jeruk.
Namaku adalah Jeruk. Aku berwarna orange. Bentukku bulat. Aku memiliki rasa yang manis. Semua orang suka padaku.
9.     Setiap siswa yang satunya membaca sampai titik , siswa yang satu kelompok lain memilih suatu kata yang sesuai dengan kata terakhir yang dibacakan temannya untuk ditempelkan di papan tulis. Di dalam definisi tersebut kata yang dapat diambil dan dapat ditempelkan di papan tulis adalah jeruk , orange , bulat, manis, dan padaku.
10.                     Dilanjutkan dengan kelopok-kelompok lainnya.
c.      Kelebihan
Kelebihan menggunakan media ini adalah menimbulkan minat dan memotivasi siswa dalam membaca , siswa akan menjadi aktif , berfikir , dan memahami dengan benar.
d.     Kekurangan
Menggunakan media ini adalah memakan waktu banyak , dimana anak disuruh maju per satu kelompok untuk membaca dan menempelkan kata yang sesuai dengan bacaan.
Secara umum tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran menggunakan media roda keberuntungan yaitu membuat siswa berfikir , berbicara , melatih mengingat dan mendengarkan.
B.     HASIL PENELITIAN YANG RELEVAN
Dalam penelitian ini penulis mengungkap pendapat yang berhubungan dengan judul penulis yaitu penggunaan media roda keberuntungan dapat meningkatkan hasil belajar membaca siswa tunagrahita ringan kelas III di SLBN Gedangan Sidoarjo.  Dalam hal ini penelitian tentang hasil belajar siswa juga pernah diteliti oleh Salmawati yang berjudul “Penerapan model pembelajaran roda keberuntungan untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas IV SDN 011 Pancuran Gading Kecamatan Tapung Kabupaten Kampar”. Dimana hasil dari penelitian tersebut adalah pertemuan awal tanpa penerapan dengan rata-rata 58.51 siklus I dengan tindakan 59,51 dan siklus II dengan tindakan 64,62. Kesamaan dengan penelitian yang penulis tulis lakukan adalah sama-sama dalam upaya peningkatan hasil belajar namun perbedaannya adalah penelitian yang dilakukan saudari Salmawati dengan menggunakan model pembelajaran dan untuk anak normal sedangkan yang penulis lakukan dengan penerapan media roda keberuntungan dan untuk anak tunagrahita ringan.

C.     KERANGKA KONSEPTUAL
Berdasarkan tinjauan pustaka dari berbagai sumber yang relevan dengan permasalahan ,maka dalam penelitian ini dikemukakan kerangka konseptual berikut :
Anak tunagrahita ringan adalah anak yang mempunyai intelektual di bawah rata-rata normal anak sebayanya. Dimana IQ anak tunagrahita ringan adalah 50/55-70/75 yang setingkat lebih rendah dibandingkan dengan anak slowlerner. Anak tunagrahita ringan memiliki kemampuan berfikir yang rendah, akan tetapi potensi dalam literasinya yaitu membaca , berhitung  masih dapat dikembangkan. Dalam hal bersosialisasi anak tunagrahita masih mampu dalam bersosialisasi dengan lingkungannya.
Pembelajaran membaca harus menggunakan metode yang kreatif , melibatkan siswa untuk aktif dan apabila guru hanya menggunakan metode ceramah saja maka anak akan mudah bosan dan mengantuk saat guru menyampaikan suatu materi. Strategi pembelajaran untuk anak tunagrahita harus menekankan anak untuk berlatih dan di ulang-ulang agar anak dapat mengingatnya untuk jangka pendek ataupun jangka panjang. Dengan demikian cara untuk menyampaikan materi pelajaran khususnya membaca dengan sebuah permainan yang menarik perhatian anak tunagrahita.
Permainan membaca permulaan merupakan metode mengajar yang dapat melibatkan siswa aktif, salah satu permainannya yaitu dengan menggunakan media pembelajaran roda keberuntungan. Roda keberuntungan merupakan suatu media yang berbentuk lingkaran yang terbagi menjadi beberapa sektor. Dimana sektor-sektor tersebut nantinya akan terdapat 10 nama-nama buah dan disertai definisinya. Sehingga  media roda keberuntungan ini dapat menumbuhkan minat anak tunagrahita dalam pembelajaran literasi selain itu pada gilirannya diharapkan dapat  membawa pengaruh yang positif pada hasil belajar anak tunagrahita dalam membaca permulaan . Adapun skema sebagai berikut : 

BAB III
METODELOGI PENELITIAN


A.    JENIS PENELITIAN
Penelitian Tindakan Kelas
B.     LATAR PENELITIAN
1.     Tempat Penelitian
Tempat penelitian adalah tempat dimana penelitian memperoleh data-data yang diperlukan dalam penelitian. Tempat yang diperlukan untuk penelitian ini yaitu di SLB Negeri Gedangan Sidoarjo.
2.     Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan mulai tanggal 18 Desember 2016 sampai dengan 19 Maret 2017 , disesuaikan dengan jadwal mata pelajaran bahasa indonesia 8 jam pelajaran per minggu.
C.     SUBJEK PENELITIAN
Jenis kelainan adalah anak tunagrahita ringan , sedangkan jumlah siswa yang akan diteliti adalah sebanyak 10 orang.
D.    DATA DAN SUMBER DATA
Sumber data berupa informasi kemampuan siswa dalam membaca, motivasi siswa dalam membaca serta kemampuan guru dalam menyusun RPP dan melaksanakan pembelajaran di kelas. Selain itu data yang diambil dari nilai harian siswa dalam buku raport.
E.      PROSEDUR PENELITIAN
1.     Perencanaan
Dalam perencanaan tindakan kelas ini hal-hal yang akan dilakukan adalah :
a.   Menyusun RPP dengan menggunakan medai pembelajaran roda keberuntungan sesuai dengan standar kompetensi membaca permulaan
b.  Meminta kesediaan teman sejawat (observer) untuk membantu peneliti dalam pelaksanaan tindakan yang berperan sevagai obsever selama proses pelaksanaan pembelajaran berlangsung.
c.   Membuat format pengamatan (lembar observasi) tentang aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran
d.  Menyiapkan perangkat pembelajaran dan instrument pengumpulan data yang terdiri dari : silabus, RPP, soal-soal pada roda putar , soal ulangan dan lembar observasi aktivitas guru dan siswa.
2.     Pelaksanaan Tindakan
1)    Guru menyiapkan bahan-bahan dan alat untuk digunakan
2)    Guru menyuruh tiap siswa maju ke depan kelas untuk membagi kelompok , dimana setiap kelompok terdiri dari 2 orang.
3)    Guru menyuruh siswa mengambil satu kartu diantara beberapa kartu
4)    Kartu tersebut bertujuan untuk mengetahui kelompok dan urutan peserta didik maju , jadi apabila peserta didik mendapatkan kartu dengan nomer 1 maka ia akan berkelompok dengan siswa yang mendapatkan kartu angka nomer 1 dan memiliki urutan pertama saat memainkan roda keberuntungan.
5)    Terdapat 2 siswa yang maju di depan kelas , 1 siswa bertugas untuk membaca dan 1 siswa lagi menempelkan kata terakhir yang dibacakan oleh temannya di depan kelas.
6)    Siswa maju yang di depan kelas memutar roda keberuntungan tersebut , dan menyebutkan nama buah pada panah yang berhenti
7)    Misalkan siswa mendapatkan nama buah jeruk , siswa mengambil kartu baca mengenai definisi jeruk
8)    Siswa membaca definisi jeruk.
Namaku adalah Jeruk. Aku berwarna orange. Bentukku bulat. Aku memiliki rasa yang manis. Semua orang suka padaku.
9)    Setiap siswa yang satunya membaca sampai titik , siswa yang satu kelompok lain memilih suatu kata yang sesuai dengan kata terakhir yang dibacakan temannya untuk ditempelkan di papan tulis. Di dalam definisi tersebut kata yang dapat diambil dan dapat ditempelkan di papan tulis adalah jeruk , orange , bulat, manis, dan padaku.
10)                   Dilanjutkan dengan kelopok-kelompok lainnya.

3.     Observasi
Observasi adalah kegiatan pengamatan atau pengambilan data untuk
memotret  seberapa  jauh  efek  tindakan  telah  mencapai  sasaran.
Dalam pelaksanaan  penelitian  juga  melibatkan  pengamat,  tugas  dari  pengamat adalah  untuk  melihat  aktifitas  guru  dan  siswa  selama  proses  pembelajaran berlangsung.  Hal  ini  dilakukan  untuk  memberi  masukan  dan  pendapat terhadap  pelaksanaan  pembelajaran  yang  dilakukan.  Sehingga  masukan masukan  dari  pengamat  dapat  dipakai  untuk  memperbaiki  pembelajaran pada  siklus  berikutnya.  Pelaksanaan  pengamatan  dilakukan  dengan menggunakan  lembar  pengamatan,  pengamatan  ditunjukan  untuk  melihat aktifitas guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Pada setiap  tiap  lembaran  yang  ada   pada  lembar  observasi  dapat diisi dengan skor 1 sampai 4 yang menggambarkan makna sebagai berikut :
1 = Kurang, jika siswa/guru kurang menunjukkan aktivitas yang  dituliskan dalam pernyataan.
2 = Cukup, jika siswa/guru cendrung menunjukkan aktivitas seperti yang dituliskan dalam pernyataan.
3 = Baik,  jika  siswa/guru  selalu  menunjukkan  aktivitas  seperti  yang dituliskan dalam pernyataan.
4 = Sangat  baik,  jika  siswa/guru  benar-benar  menunjukkan  aktivitas seperti yang dituliskan dalam pernyataan.
Perhitungan skor dan penilaian dihitung dengan cara sebagai berikut:
a) Jumlah skor (JS) di hitung dengan menjumlahkan skor-skor untuk
masing-masing indikator.
b) Skor Akhir (SA) di hitung dengan menggunakan rumus:




c) Kriteria keberhasilan ditentukan sebagai berikut:
75 ≤ SA ≤ 100 = Sangat Baik
50 ≤ SA < 75 = Baik
25 ≤ SA < 50 = Cukup
1 ≤ SA < 25 = Kurang
F.      TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Teknik dalam pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a.     Observasi
Data tentang aktivitas guru dan siswa dikumpulkan melalui teknik observasi.  Observasi  dilakukan  selama  proses  pembelajaran menggunakan  media  pembelajaran  roda  keberuntungan   berlangsung. Observasi  dilakukan  untuk  mencocokkan  dengan  perencanaan  yang telah  dibuat  dan  mengumpulkan  data-data  yang  diperlukan  dalam penelitian.
b.     Teknik Tes
Teknik  berupa  serangkaian  pertanyaan  yang  diajukan  kepada siswa berdasarkan materi pelajaran yang dipelajari untuk mengukur hasil belajar siswa pada akhir dari setiap siklus.
c.      Dokumentasi digunakan  untuk  memperoleh  data  langsung  dari  tempat penelitian.  Diantaranya  data-data  keadaan  siswa  dan  keadaan  guru, sarana dan prasarana yang ada di sekolah.”
G.    TEKNIK ANALISIS DATA
Data  tentang  aktivitas siswa  dan  guru  serta  data  hasil  belajar  siswa yang  diperoleh  dianalisis  secara  deskriftif.  Analisa  data  deskriftif  bertujuan untuk  mendeskripsikan  data  tentang  aktivitas  guru  dan  siswa  dalam  proses pembelajaran  dan  data  ketuntasan  belajar  membaca pada siswa.
(a)   Analisa Data aktivitas guru dan siswa
Analisis  data  aktivitas  guru  dan  siswa  adalah  hasil  pengamatan selama  proses  pembelajaran  dengan  melihat  kesesuaian  antara perencanaan  dan  pelaksanaan  tindakan.  Pengamatan  dilakukan  terhadap aktivitas  yang  dilakukan  guru  dan  siswa  selama  proses  pembelajaran dengan  mengisi  lembar  pengamatan  yang  telah  disediakan  dan  lembar pengamatan  diisi  sesuai  dengan  indikator  yang  telah  ditetapkan. Pelaksanaan  tindakan  dikatakan  sesuai  jika  semua  aktivitas  dalam pembelajaran berjalan sesuai dengan penerapan media pembelajaran roda keberuntungan.
(b) Ketuntasan hasil belajar membaca
Analisis  data  tentang  ketuntasan  belajar  membaca  siswa  dilakukan dengan melihat ketuntasan belajar siswa secara individual dan klasikal. Ketuntasan belajar secara individual yang  ditetapkan  sekolah  yaitu  siswa  memiliki  daya  serap  paling  sedikit 60%.  Dalam  penelitian  ini  target  yang  ingin  dicapai  untuk  ketuntasan belajar  secara  individual  paling  sedikit  memperoleh  nilai  60%  dan ketuntasan hasil belajar secara klasikal lebih dari 75%.




H.    EVALUASI DAN REFLEKSI
               Penelitian  mengkaji,  melihat  dan  mempertimbangkan  atas  hasil atau dampak tindakan dari berbagai kriteria. Tujuannya adalah mengetahui kelebihan dan kekurangan tindakan yang dilakukan untuk dapat diperbaiki pada  siklus  selanjutnya.  Dari  observasi  guru  dan  murid  selama pembelajaran  berlangsung.  Hasil  yang  didapat  pada  tahap  observasi dikumpulkan dan dianalisa, apakah pelaksanaan  pembelajaran sesuai dan apakah hasil belajar membaca siswa dapat meningkat dengan penerapan media pembelajaran roda keberuntungan. Hal ini yang akan menjadi acuan untuk melangkah ke tahap selanjutnya.
               Pada  intinya  refleksi  ini  sendiri guna  untuk  mengetahui  dimana letak kekurangan dan target yang belum tercapai pada tahap yang berjalan dan untuk diperbaiki pada tahap selanjutnya untuk memperoleh hasil yang sesuai.





Daftar Pustaka
Ahmad Zikri. 2011. Contoh Skripsi Pelajaran Ekonomi
Masjoe. 2013. Hakekat Membaca Permulaan
Komunitas Ngejah. 2014.Pentingnya Membaca dalam Kehidupan Sehari-hari
Salmawati. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Roda Keberuntungan Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas Iv Sdn 011 Pancuran Gading Kecamatan Tapung Kabupaten Kampar, Pekan Baru
Sri Hartati. 2009. Media Pembelajaran Permainan Kartu Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Bagi Anak Tuna Grahita Kelas D1 / C Slb / B­C Ypaalb Langenharjo, Surakarta
Paul Ginnes, Trik dan Taktik Mengajar . (Jakarta: PT Indeks,2008), h.190-191
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia , (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h.1661
Dunnette, M. D. (Inggris)"Aptitude, Abilities, and Skills," Handbook of Industrial and Organizational Psychology, Chicago: Rand McNally, 1976, hal. 478-483
Paul Ginnes.Trik dan Taktik Mengajar (Strategi Meningkatkan Pencapaian Pengajaran di kelas). PT. Indeks, Jakarta.2008, h.190-191
Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru (Jakarta: Rajawali Pers, 2008),h.143


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

efek gelembung